Kamis, 22 Oktober 2015

NGOPI

CANGKRUK


CANGKRUK= nongkrong = kongko-kongko = duduk-duduk santai
Bahasa yang sudah merakyat di daerah Jawa Timur, biasanya berkumpul dengan teman-teman , membicarakan hal-hal asik , dan menghilangkan kepenatan
.

Budaya nyangkruk adalah sebuah bukti kuatnya sistem interaksi yang berkembang di masyarakat. Di dalamnya terdapat transaksi ekonomi, diskusi, dan silaturahmi. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan ekonomi seharusnya juga bisa masuk melalui jalur tradisi tersebut. Dengan kata lain, tradisi cangkruk dapat menjadi solusi untuk mencapai target penerapan sistem ekonomi syariah melalui pengembangan usaha dan keilmuan. Berbicara masalah budaya jika diamati dengan seksama, budaya mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Namun, perubahan budaya memanglah gejala umum dikarenakan perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang menginginkan adanya perubahan. Budaya sendiri merupakan nilai – nilai yang ada pada masyarakat, ataupun kegiatan yang secara terus menerus dilakukan oleh banyak orang. Budaya sendiri dapat bersifat abstrak. Baru – baru ini muncul lagi budaya baru yang sedang menjadi wabah di tengah – tengah masyarakat. Budaya Cangkrukan alias warungan. Memang, cangkrukan tidak hanya bisa dilakukan di kedai kopi tapi yang banyak melanda masyarakat kita adalah budaya cangkrukan di warung kopi. Ironisnya, penganut budaya cangkrukan tidak hanya dari kalangan dewasa, mereka yang masih bersatatus sebagai pelajar atau remaja sampai kakek - kakek turut menganut budaya ini.  Semakin banyaknya penganut budaya cangkrukan alias warungan ini, sekarang warung kopi menjadi sebuah usaha yang menjanjikan. Keuntungan yang besar dan didukung dengan konsumen yang banyak membuat banyak orang tergiur untuk melakoni usaha ini.


Kata Cangkruk mungkin masih terasa sangat asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tapi bagi masyarakat di Jawa Timur khususnya arek-arek Suroboyo dan sekitarnya, cangkruk merupakan istilah yang sangat populer dan merakyat. Menurut kamus Indonesia – Inggris, katacangkruk = sit around doing nothingCangkruk dikenal sebagai suatu istilah yang menggambarkan aktifitas diskusi, nongkrong barengngobrol bareng. Para pelakunya juga tidak memandang usia, bisa para ABG yang masih mencari jati diri, anak-anak kuliahan, pengangguran, bapak-bapak yang sedang ronda, atau gabungan dari semuanya. Tema obrolan cangkruk pun bermacam-macam, tentang pemilu, kenakalan remaja, narkoba, pengajian kampung, kenaikan harga bawang putih, korupsi di pemerintahan dan lain-lain. “Saya dulu memandang aktivitas cangkruk sebagai aktivitas yang dilakukan oleh orang yang kurang kerjaan. Saya juga menemui bahwa sebagian pandangan masyarakat terhadap cangkruk juga bermacam-macam”. Buat para pelaku cangkruk jelas positif minimal buat menghilangkan stress. Pandangan yang negatif juga ada, tapi tidak semua cangkruk‘an berujung negatif. Hal ini lah yang saya temukan dari sosok romo kyai yang suka pergi ke warung kopi sehabis mengaji di waktu subuh dan sore hari. Beliau sambil minum kopi dan makan gorengan, juga menyampaikan kata2 hikmah pada setiap orang yang ada di warung. Obrolan yang semula kurang bermanfaat, setelah ada romo kyai, aktivitas cangkruk di warung cak Tho jadi lebih bermanfaat. Mereka menjadi sungkan apabila ngobrol di warung dengan obrolan yang tidak ada guna dan manfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar