CANGKRUK
![](https://pbs.twimg.com/profile_images/604792091252686849/quuVDpBm_400x400.jpg)
CANGKRUK= nongkrong = kongko-kongko = duduk-duduk santai
Bahasa yang sudah merakyat di daerah Jawa Timur, biasanya berkumpul dengan teman-teman , membicarakan hal-hal asik , dan menghilangkan kepenatan.
Budaya nyangkruk adalah sebuah bukti kuatnya sistem interaksi yang berkembang di masyarakat. Di dalamnya terdapat transaksi ekonomi, diskusi, dan silaturahmi. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan ekonomi seharusnya juga bisa masuk melalui jalur tradisi tersebut. Dengan kata lain, tradisi cangkruk dapat menjadi solusi untuk mencapai target penerapan sistem ekonomi syariah melalui pengembangan usaha dan keilmuan. Berbicara masalah budaya jika diamati dengan seksama, budaya mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Namun, perubahan budaya memanglah gejala umum dikarenakan perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang menginginkan adanya perubahan. Budaya sendiri merupakan nilai – nilai yang ada pada masyarakat, ataupun kegiatan yang secara terus menerus dilakukan oleh banyak orang. Budaya sendiri dapat bersifat abstrak. Baru – baru ini muncul lagi budaya baru yang sedang menjadi wabah di tengah – tengah masyarakat. Budaya Cangkrukan alias warungan. Memang, cangkrukan tidak hanya bisa dilakukan di kedai kopi tapi yang banyak melanda masyarakat kita adalah budaya cangkrukan di warung kopi. Ironisnya, penganut budaya cangkrukan tidak hanya dari kalangan dewasa, mereka yang masih bersatatus sebagai pelajar atau remaja sampai kakek - kakek turut menganut budaya ini. Semakin banyaknya penganut budaya cangkrukan alias warungan ini, sekarang warung kopi menjadi sebuah usaha yang menjanjikan. Keuntungan yang besar dan didukung dengan konsumen yang banyak membuat banyak orang tergiur untuk melakoni usaha ini.
![](https://c2.staticflickr.com/6/5451/9770653111_830b38ec37.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar